Bismillahirahmaanirrahiim.
Akhir-akhir ini saya kebanjiran komentar-komentar keras dari para pendukung Gusdur. Di antara komentar itu ada yang langsung dibuang, karena terlalu sarkastik. Mereka marah dengan terbitnya buku, “Cukup 1 Gusdur Saja“, yang terbit beberapa bulan lalu.
Tetapi anehnya, mereka tidak pernah marah ketika kehormatan Islam diinjak-injak oleh Gusdur selama puluhan tahun. Seolah, di dunia ini, Gusdur boleh secara bebas menghina Islam, lalu kita dilarang 100 % menyampaikan pembelaan atas kehormatan Islam. Masya Allah, itulah “sikap adil” yang diyakini oleh orang-orang ini. Allahu Akbar!!!
Dalam buku itu, alhamdulillah -dengan segala pertolongan Allah Ta’ala- saya membantah secara telak pemikiran-pemikiran dominan Gusdur. Buku itu sangat telak, sehingga bila saya sendiri membacanya lagi, rasanya masih tercenung. Alhamdulillah, segala puji dan syukur hanya kepada Allah jua.
Metode yang saya gunakan dalam menulis buku itu, antara lain: (1) Menyampaikan fakta kejadian seperti apa adanya, seperti yang dimuat oleh media-media massa, baik umum maupun media Islam. (2) Membuat analisis kejadian itu sesuai timbangan Islam, baik melalui analisis Al Qur’an, As Sunnah, kaidah fiqih Islam, kaidah akidah Islam, dan pendapat tokoh-tokoh Muslim. (3) Tambahan, berupa analisis politik dan sosial.
Ketika para pemuja Gusdur marah-marah, hal itu mengingatkan kita pada suatu persoalan prinsip: Sejauhmana kita memahami konsep agama Islam ini? Mengapa harus marah ketika ditunjukkan kebenaran dengan dasar analisis fakta, Kitabullah, dan As Sunnah?
Berikut ini saya sampaikan runutan pokok-pokok pemikiran seputar makna agama yang selama ini kita anut.
[1] Agama, berasal dari a-gama. Kata orang, arti a-gama adalah tidak kacau. Orang beragama, agar hidupnya tidak kacau. Tetapi yang dimaksud disini adalah agama sebagai religion atau din.
[2] Dalam pemahaman formal, yang dinamakan agama ya seperti Islam, Nashrani, Yahudi, Zoroaster, Hindu, Budha, Konghuchu, dll. Pokoknya yang dikenal sebagai nama-nama agama formal di dunia. Tetapi pandangan ini kurang memuaskan, sebab banyak manusia menjalani kehidupan di luar aturan-aturan agama, tetapi mereka tidak mau disebut atheis.
[3] Bertrand Russel, seorang ahli Fisika sekaligus filosof matarialis modern, dia pernah mengatakan, bahwa: “Atheisme sebenarnya agama juga.” Pernyataan ini sangat menarik. Atheisme disebut agama, padahal mereka mengaku sangat anti agama. Seolah Bertrand Russel ingin mengatakan, “Orang yang ‘anti agama’, hakikat agama mereka ya sikap ‘anti agama’ itu.”
[4] Sebagian orang mengklaim, “Saya tidak percaya kepada doktrin-doktrin agama. Saya lebih percaya pada akal bebas, free thinking. Tidak ada dogma, yang ada adalah kebebasan berpikir.” [Komentar: Berarti agama orang itu, ya kebebasan berpikir itu sendiri. Dia tidak boleh marah, kalau manusia yang lain memilih "ketidak-bebasan berpikir"]. Kemudian ada yang mengklaim, “Bagi kami agama itu adalah rasio. Apa saja yang sesuai rasio, itulah agama kami. Rasio adalah tuhan bagi kami.” [Komentar: Berarti, agama mereka adalah agama rasio itu sendiri, sebab mereka mau terikat dengan aturan yang mendewa-dewakan rasio. Sebaliknya, mereka tidak boleh marah kepada orang yang mengagungkan ajaran "non rasio"]. Ada lagi yang lain, “Sudah, sudah, sudah. Semua ini omong kosong. Saya tidak percaya nilai apapun, saya tidak percaya kebenaran. Saya tidak percaya apapun. Saya memilih jalan hidup kosong, nihil, tanpa nilai apapun.” [Komentar: Nah, dia juga beragama dengan nihilisme-nya itu. Iya kan? Dia memuja tuhan "kosong", tuhan "nilai nol", tuhan "tanpa nilai". Iya kan]. ===> Singkat kata, manusia itu makhluk IDEOLOGIS. Mereka mau memilih apapun, itulah agamanya. Jadi, pada hakikatnya tidak ada manusia yang tak beragama.
[5] Misalnya, kalangan Freemasonry. Mereka menyembah setan, memuja sihir, memuja baphomet, memiliki ritual tersendiri, membangun gerakan rahasia, memiliki aturan-aturan, pro Zionis, dll. Katanya, mereka punya missi menghapuskan semua agama yang ada. Nah, itulah agama mereka. Itulah ideologi dan jalan hidup mereka. Mereka adalah pemeluk agama, Freemasonry. Biarpun mereka mau jumpalitan gak karu-karuan, tetap saja mereka adalah pemeluk agama, yaitu agama Freemasonry.
[6] Agama di dunia ini dibagi 3: (1) Dinul Hanif yaitu AL ISLAM, yang meyakini Ke-Esaan Allah dan taat kepada Syariat Nabi Saw. (2) Dinul Ahlil Kitab, yaitu Yahudi yang berpegang kepada Taurat, dan Nashrani yang berpegang kepada Injil. (3) Dinul Musyrikah, agama kemusyrikan, yaitu agama-agama apapun selain Islam, Yahudi, dan Nashrani. Baik yang punya bentuk formal, atau merupakan madzhab pemikiran.
[7] Dalam Al Qur’an disebutkan ayat yang sering dibaca oleh para khatib, “Huwalladzi arsala Rasulahu bil huda wa dinil haq, li yuzh-hirahu ‘alad dini kullihi” (Dialah -Allah- yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang benar, agar Dia menangkan agama itu atas segala agama). Kata-kata ‘alad dini kullihi, seolah memberikan pengertian, bahwa agama yang dipeluk manusia itu banyak. Tidak hanya Islam, Yahudi, dan Nashrani saja. Selain Ahli Kitab, juga banyak PAGANISME dengan segala macam cabang-cabangnya. Bahkan tidak berlebihan jika Bertrand Russel menyebut atheisme sebagai agama juga. PKI adalah kaum beragama juga, tetapi agamanya di atas keyakinan: menolak Tuhan, membenci agama formal, meyakini sistem sosial tanpa kelas, dst.
[8] Ibnu Taimiyyah rahimahullah menjelaskan bahwa Ilah (Tuhan), itu adalah segala sesuatu yang dicintai, ditaati, dan mendominasi hidup seseorang. Apapun yang dicintai lahir-batin, ditaati aturannya, diagungkan simbolnya, ia adalah Ilah. Hingga Al Qur’an menyebut suatu kaum yang mempertuhankan hawa nafsunya sendiri. (Al Jatsiyah, 23).
[9] Anak-anak muda hedonis, berkata dengan angkuh, “Hidup ini adalah kesenangan. Selagi masih hidup, habiskan untuk senang-senang. Gak usah ibadah bro, gak usah bersujud. Sudah happy-happy aja terus. Hidup ini kesenangan, bro. Jangan mau tertipu oleh ceramah ustadz-ustadz. Ayo bro. Jangan munafik. Ayo seneng-seneng. Cewek, miras, narkoba, judi, diskotik, hayo apa saja yang bikin lu seneng.” Nah, ini pemeluk agama juga. Agama hedonisme, agama memuja hawa nafsu. Ritual mereka ya seneng-seneng itu. Prinsip agama mereka, ya seperti perkataan itu.
[10] Liberalisme, Gusdurisme, SEPILIS-isme, dll. juga bagian dari agama. Mereka memiliki pemikiran, tokoh, sikap, dan simbol-simbol. Mereka penganut agama juga, meskipun secara label KTP tertulis Islam. Semua ini agama juga, hanya para pelakunya tidak sadar-sadar.
[11] Kalau penganut Gusdurisme itu berdiri di atas ajaran Islam, bukan sekedar berlabel KTP Muslim, mereka pasti akan rujuk dengan Syariat Islam dalam memandang segala sesuatu. Kalau Nabi mereka adalah Nabi Muhammad Saw, yang katanya sangat mereka harapkan syafaat beliau, pasti mereka akan menghormati Sunnah Nabi. Kalau Kitab Suci mereka Al Qur’an, mereka pasti akan mengutuk ucapan Gusdur yang sangat hina dan keji itu. Kalau fiqih mereka adalah fiqih Islam, misalnya mengambil madzhab Imam Syafi’i, mereka pasti murka jika ada tokohnya yang bermesraan dengan Yahudi. Nah, itulah masalahnya. Orang-orang itu mengaku Islam, tetapi tidak memahami konsep paling mendasar dari ajaran Islam. Sebaliknya, mereka tak mau disebut sebagai penganut Gusdurisme, tetapi bukti-bukti di lapangan menunjukkan hal itu.
[12] Terakhir, dalam Surat Al Isra’ dikatakan, “Faqul ja’al haqqa wa zahaqal bathila, innal bathila kaana zahuqa” (Katakanlah, ‘Kebenaran telah datang dan hancurlah kebahilan, karena kebathilan itu pasti hancur). Islam pasti dimenangkan oleh Allah menghadapi semua agama yang ada di muka bumi ini. Itu pasti. Hanya saja, ketika Islam tidak memiliki pelindung, berupa Daulah Islam atau Khilafah Islam, kekuatan agama ini tidak tampak, selain seperti cahaya kunang-kunang di malam hari. Cahaya-nya indah, kelap-kelip, tapi tak bisa menerangi malam.
[13] Kelak di Akhirat, semua manusia akan dikumpulkan di padang Mahsyar. Ketika itu muncul aneka rupa bendera, sesuai dengan banyaknya aliran, agama, ideologi yang dianut manusia di dunia. Setiap orang akan menggabungkan diri dengan salah satu dari bendera itu. Para pengikut Rasulullah Saw akan berdiri di belakang beliau. Maka saudaraku, hati-hatilah Anda dalam memilih bendera ketika hidup di dunia ini. Pilihlah bendera Sayyidul Mursalin, Muhammad Rasulullah Saw!!!
Maka disini, kita memohon kepada Allah Ta’ala Ar Rahmaan Ar Rahiim, agar:
Dia memberi hidayah kepada para pemuja Gusdur itu, menunjuki jalan mereka ke jalan yang lurus, memimpin mereka keluar dari kegelapan, memberikan kepada mereka cahaya, agar bisa berjalan di muka bumi di atas al haq. Jika tidak demikian, semoga mereka diam, bersikap pasif, dan dicegah dari segala perbuatan yang merugikan Islam dan kaum Muslimin. Semoga Allah menahan lisan, tangan, dan perbuatan mereka dari kejahatan-kejahatan. Jika yang demikian pun tidak dikabulkan, ya kita pasrahkan mereka sepenuhnya ke Tangan Allah Ta’ala. Biarlah Allah memperlakukan mereka, sekehendak-Nya.
Rabbana, inna nas’alukal ‘afiyah fid dunya wal ‘akhirah. Allahumma amin, wa shallallah ‘ala rasulillah Muhammad wa ‘ala alihi wa ashabihi ajma’in.
Semoga bermanfaat. Walhamdulillah Rabbil ‘alamiin.
0 komentar:
Posting Komentar