Sabtu, 19 Maret 2011

Memahami Operasi Klandestin

Memahami ilmu intelijen bagi Ummat Islam sifatnya WAJIB. Mengapa? Sebab musuh-musuh Islam banyak menggunakan metode intelijen untuk melumpuhkan kekuatan Ummat, atau mempersiapkan perang untuk menghancurkan kehidupan Ummat. Mempelajari teknik-teknik makar musuh Islam, adalah wajib.

Hanya saja, karena ilmu intelijen itu bersifat spesifik, aksesnya terbatas, metode analisis datanya rumit, serta membutuhkan tingkat kecerdasan tinggi (oleh itu ia disebut intelijen), sehingga tidak semua Muslim sanggup memikulnya, maka sifat wajibnya Fardhu Kifayah. Jika sudah ada elemen Ummat yang memikulnya, maka yang lain tidak dibebani kewajiban. Urusan ini perlu dipikul oleh pihak-pihak kaum Muslimin yang mampu, berminat, serta memiliki ketahanan mental tinggi. (Tidak heran jika untuk melahirkan seorang agen intelijen yang tangguh, sering melalui proses kaderisasi yang amat sangat berat).

Dulu di masa Nabi Saw, sebagian Shahabat dilibatkan dalam operasi-operasi intelijen, seperti pengintaian, ekspedisi, mata-mata, penyamaran, hingga menyimpan data-data kaum munafik. Jadi, apapun yang dibutuhkan bagi kejayaan peradaban Islam, wajib disediakan, sekuat kemampuan dan sesuai kesempatan. Di jaman 1400 tahun lalu saja, Ummat Islam sudah peduli urusan intelijen, akankah saat ini kita merasa tabu?


Sedang Menjalankan Operasi... 

Dalam intelijen banyak operasi-operasinya, misalnya mata-mata (spionase), mengumpulkan data (memakai informan), penyusupan (infiltrasi), desepsi (penyusupan disertai gerakan “pembusukan”), dll. Dan ada satu operasi yang sangat istimewa dan paling berbahaya bagi Ummat, yaitu: KLANDESTIN (clandestine).
Dari pengalaman-pengalaman selama ini, Ummat Islam sering menjadi bulan-bulanan operasi satu ini. Klandestin bisa dianggap sebagai operasi intelijen paling komplek dan rumit. Secara umum, ia diartikan sebagai gerakan rahasia, gerakan bawah tanah. Atau ada juga yang menyebutnya sebagai operasi penggalangan, mobilisasi.


Kalau mau jujur, gerakan Laskar Jihad (LJ) ke Ambon-Maluku waktu itu, adalah contoh operasi klandestine. Begitu juga gerakan anti Khilafah Turki Utsmani yang dilancarkan oleh perwira intelijen Inggris, TE. Lawrence, itu juga operasi klandestine. Termasuk gerakan Komando Jihad (Komji) yang melakukan serangan di Cicendo Bandung dan pembajakan pesawat di Woyla, juga bagian operasi klandestine. Bahkan penangkapan puluhan pemuda Islam di Aceh belum lama lalu, setelah baku tembak dengan aparat kepolisian, itu juga klandestine.

Klandestine berbeda dengan infiltrasi (penyusupan). Kalau infiltrasi, ada agen yang masuk ke suatu komunitas, lalu melakukan kegiatan mata-mata. Kalau klandestine, tidak hanya menyusup, tetapi juga mempengaruhi, membiayai, memberikan fasilitas, menciptakan rencana, lalu mengarahkan kepada gerakan operasional tertentu sesuai kepentingan pihak penggerak operasi klandestin itu sendiri.
Klandestin lebih berbahaya, karena ia menggunakan segala fasilitas yang memungkinkan, menggunakan banyak orang, menggunakan sarana birokrasi, memanfaatkan indoktrinasi media, membuat berbagai opini, menciptakan chaos internal, memakai data personal sebanyak-banyaknya, dll. Bisa dikatakan, operasi klandestin besifat KOMPLEK. Ummat Islam dengan segala keluguan dan kepolosannya, kerap kali termakan oleh operasi-operasi seperti ini.

Bahkan maraknya aliran-aliran sesat, ia bisa dicurigai sebagai bagian dari operasi klandestin. Kalau kita melihat kasus NII KW 9 (Ma’had Al Zaytun) yang sering marak di Jawa Barat, kemungkinan ini merupakan bagian operasi klandestin. Begitu pula dengan komunitas LDII, “Jamaah Ahlul Bait”, JIL, dll. bisa dicurigai sebagai bagian klandestin.

Ciri-ciri operasi klandestin, antara lain:
[o] Operasi bersifat komplek, bukan hanya penyusupan satu atau dua agen saja. Bahkan dukungan operasi muncul dari berbagai pihak-pihak terkait.
[o] Sasaran operasi umumnya komunitas manusia dalam jumlah banyak. Bisa berupa jaringan, atau komunitas massal yang jumlahnya ribuan, jutaan manusia.
[o] Tujuan operasi ialah mempengaruhi, menggerakkan, sampai memunculkan aksi operasional di lapangan. Tidak sekedar tindakan mata-mata.
[o] Kalau di tengah Ummat Islam, sering menggunakan simbol-simbol Islam sebagai cover, sehingga Ummat Islam tidak tahu (terkelabui) dari maksud sebenarnya operasi itu. Islam only for cover.
[o] Dan ini yang paling penting, operasi klandestin tidak ditujukan untuk kejayaan Islam, tetapi untuk kepentingan politik tertentu yang umumnya anti Islam. Pokoknya, ujung dari operasi klandestine itu bukanlah kejayaan Islam, tetapi kepentingan politik sempit, atau penodaan citra Islam sendiri.
Dari pengalaman selama ini, Ummat Islam paling lemah ketika menghadapi operasi klandestin ini, sebab ia skalanya besar, dengan dukungan anggaran dan fasilitas besar. Ironinya, gerakan anti Islam paling sering menggunakan cara ini, sebab terbukti banyak menuai keberhasilan.

Untuk  lebih memahami operasi klandestin, disini bisa digambarkan suatu ilustrasi fiktif. Sasaran yang dituju adalah Ummat Islam, bidang konsentrasi gerakan politik. Namun ini hanya sekedar ilustrasi saja, sekedar untuk menjelaskan kepada sebagian pembaca.
[=] Politik merupakan hajat besar perjuangan kaum Muslimin. Maka kalangan anti Islam menjadikan bidang politik sebagai sasaran penting operasi klandestin. Target yang dituju: melemahkan kekuatan politik Islam, atau membelokkan arah perjuangan politik Islam, atau menodai citra gerakan politik Islam.
[=] Operasi ini dimulai dengan mendekati komunitas-komunitas Muslim yang dikenal sangat nyaring dalam memperjuangkan politik Islam. Untuk memudahkan pendekatan, biasanya ada person tertentu yang semula anti Islam, kemudian mengaku sudah “rujuk” dengan Islam. Orang seperti itu biasanya banyak memberitahu “fakta rahasia”, sehingga Ummat percaya.
[=] Maka dibentuklah suatu komunitas gerakan politik, yang cover-nya ingin memperjuangkan missi politik Islam. Berbagai materi, simbol, ajaran, dll. yang bersifat dakwah dikembangkan sebaik-baiknya. Dan gerakan seperti ini cenderung dilindungi, sebab ia merupakan benih “trouble maker” yang sengaja ditanam di tubuh Ummat Islam.
[=] Secara penampilan dan retorika, gerakan politik itu memperjuangan Islam. Tetapi secara kenyataan riil, ia jauh dari missi Islam. Setidaknya, ia memperjuangan kepentingan politik yang bersifat sempit.
[=] Dalam komunitas seperti itu pasti terdapat banyak masalah, sebab ia memang dilahirkan bukan untuk kebaikan, tetapi konspirasi melemahkan Islam. Tidak mungkin benih khianat akan menghasilkan buah kebajikan. Sangat tidak mungkin. Untuk mengatasi aneka masalah, biasanya ditempuh sistem komando. Para anggota harus percaya dengan pemimpin. Demikian metode paling umum yang diterapkan.
[=] Untuk menghadapi kritik dari luar, dikembangkan “retorika membela diri”. Contohnya, kata-kata seperti ini: “Anda jangan merasa benar sendiri! Jangan memecah-belah Ummat! Jangan mendengki kemajuan orang lain. Anda hanya bisa bicara, kerja nol besar. Bekerja di lapangan lebih sulit dari cuma bicara. Jangan berprasangka buruk kepada sesama Muslim.” Dan lain-lain retorika semisal itu. Seharusnya, kebathilan tidak boleh dibela, tetapi seharusnya ditunjukkan dalil-dalil Syari’at yang melarang kebathilan itu. Retorika seperti ini laksana KABUT ASAP yang membuat bingung berjuta manusia yang sedang mencari kebenaran.
[=] Komunitas itu juga menyebarkan banyak informan untuk mengawasi gerak-gerik Muslim lain, khususnya yang kritis-kritis. Kalau ada yang kritis, mereka akan menyebarkan “bisikan-bisikan maut”, misalnya: “Awas, dia orang Wahhabi! Awas dia orang ekstrim! Awas dia pro teroris! Awas, orang itu begini begini, jauhi dia!” Dan sebagainya. Sehingga orang-orang awam yang mudah terpengaruh, sangat menuruti bisikan-bisikan itu.
[=] Pada akhirnya terlihat, bahwa muara dari gerakan politik itu bukan untuk Islam, tetapi untuk kepentingan elit atau politik kekuasaan belaka. Hal itu sekaligus menjelaskan, bahwa operasi klandestin sudah berjalan sesuai rencana.
Sasaran yang dituju di kalangan Ummat banyak. Untuk melemahkan Jihad Fi Sabilillah, dibuat gerakan “para teroris”. Untuk melemahkan ekonomi Ummat, dibuat gerakan pengusaha-pengusaha “Muslim” yang kerjanya menipu Ummat. Untuk melemahkan persatuan Ummat, dibuat kelompok majlis taklim yang kerjanya menyalahkan orang, mengahli-bid’ahkan orang lain, merasa paling berhak memegang “lisensi” Khairu Ummat, dan merasa sudah dekat pintu syurga. Untuk melemahkan komitmen kepada Al Qur’an dan As Sunnah, dibuatlah kelompok-kelompok sesat, semisal Ulil Abshar, Musdah Mulia, Dawam Rahardjo, dll.

Sejujurnya, saat kaum Muslimin berjuang susah-payah setiap hari, dalam membangun KEBAJIKAN ISLAM, maka pada saat yang sama gerakan anti Islam juga susah payah meruntuhkan kekuatan Islam. Inilah yang kerap disebut sira’ bainal haqqi wal bathil (konflik abadi antara kebenaran dan kebathilan).

Seorang perwira militer dalam wawancara dengan sebuah media Islam, pernah mengingatkan Ummat, agar hati-hati dengan kelompok Islam yang dikendalikan “kekuatan luar”. Ciri kelompok seperti itu katanya, TIDAK MAU BERSATU dengan Muslim lain. Keengganan bersatu itu menjadi petunjuk eksistensi operasi klandestin.
Kaum Muslimin harus sangat komitmen dengan DUA KALIMAT SYAHADAT. Inilah cara terbaik untuk menangkal operasi klandestin. Kita harus bertauhid kepada Allah Al Wahid, agar selalu ditolong menghadapi musuh-musuh-Nya. Kemudian, kita komitmen dengan Syariat Sayyidul Mursalin Muhammad Shallallah ‘alaihi was sallam. Semua elemen-elemen Islam harus memegang teguh Tauhid dan Syariat Nabi (yaitu Syariat Islam).
Selanjutnya, Ummat Islam perlu terjun ke berbagai bidang garapan dan interest. Namun mereka memiliki satu muara, yaitu menegakkan peradaban Islam di muka bumi. Tidak mengapa kita berbeda-beda jalur, tetapi pada akhirnya akan bermuara di tempat yang sama: Kejayaan Islam! Diperlukan sikap saling kerjasama dan sinergi antar kekuatan-kekuatan Islam, serta toleransi dalam hal-hal furu’iyyah (cabang).

Jika kemudian ada gerakan penggalangan massa Muslim yang berusaha keluar dari tujuan di atas, maka yakinlah ia bukan gerakan Islam sebenarnya. Tetapi gerakan operasi musuh untuk melemahkan Islam. Jangan mudah tergoda oleh penampilan, sebab penampilan itu merupakan area yang paling mudah direkayasa. Untuk membuat seseorang tampil dengan gamis putih, jenggot panjang, jidat hitam, fasih dengan istilah-istilah Arab, itu mudah. Dengan training beberapa bulan, seorang “ustadz” bisa dicetak.

Semoga artikel sederhana ini ada manfaatnya, bagi Ummat, khususnya bagi generasi muda Islam. Allahumma amin. Walhamdulillah Rabbil ‘alamiin. Wallahu A’lam bisshawaab.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Printable Coupons