Jumat, 25 Maret 2011

VIDEO TSUNAMI JEPANG

Download video Tsunami Jepang di sini

Sabtu, 19 Maret 2011

BAHAYA: Humanisme, Pluralisme, Demokrasi !!!

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Saudaraku, perjuangan rasanya tidak mengenal kata akhir, setiap waktu setiap masa, kita terus berhadapan dengan berbagai masalah. Ummat ini harus dipedulikan, dijaga, dihargai, diperjuangkan hak-haknya, dengan sekuat kemampuan yang kita miliki. Belum juga tuntas masalah Bank Century, kita sudah menghadapi masalah baru, “Gerakan Pemujaan Abdurrahman Wahid”. Kalau Bank Century berkaitan dengan harta benda, maka dalam masalah Gus Dur ini masalah AKIDAH. Ingat akidah, ini masalah terbesar Ummat ini!!!

Banyak orang mengelu-elukan Gus Dur sebagai tokoh: HUMANISME, PLURALISME, dan DEMOKRASI. Media-media massa sangat giat mencuci otak masyarakat dengan pujian-pujian berlebihan dalam 3 persoalan itu. Sampai 9 Fraksi DPR, termasuk partai-partai Islam, menyokong usulan agar Gus Dur diangkat menjadi pahlawan nasional.

Ini sangat bahaya, sangat berbahaya. Kalau sampai Pemerintah mengabulkan tuntutan anggota DPR itu, alamat bangsa kita akan diadzab oleh Allah dengan bencana-bencana memilukan di masa ke depan. Mengapa? Untuk tokoh yang penuh permusuhan kepada Islam, menghina Al Qur’an, pembela JIL, pro Israel, dll. itu ingin ditasbihkan sebagai “pahlawan nasional”. Sedangkan almarhum Buya Natsir, mantan Ketua DDII, yang jelas-jelas jasa-jasanya diakui Dunia Islam, sampai beliau mendapatkan Faishal Award dari Kerajaan Saudi, sampai wafatnya tidak pernah diakui sebagai pahlawan nasional. Baru beberapa waktu lalu, status kepahlawanan beliau diakui.

Begitu pula, almarhum Syafruddin Prawiranegara yang menjadi Gubernur BI pertama, pernah menyelamatkan Indonesia dengan menjadi Presiden Pemerintahan RI Darurat (PDRI), beliau sampai saat ini belum juga diakui sebagai pahlawan nasional. Jasa beliau besar, tapi tidak diakui oleh negara ini.

Saya yakin, jika Gus Dur sukses diangkat sebagai pahlawan nasional, itu artinya: Kita telah mengangkat manusia yang dimurkai Allah sebagai tokoh pujaan, idola nasional. Laa haula wa laa quwwata illa billah. Ini sama saja dengan menghalalkan kehancuran, bencana, dan segala siksaan atas bangsa ini.
Ya, kalau Anda tidak percaya, lalukan saja apa yang Anda inginkan! Mari kita lihat akibatnya nanti! Saya hanya mengingatkan, sebagaimana waktu mengingatkan agar masyarakat jangan memilih SBY-Boed. Kalau kelak Anda hidup menderita, maka jangan salahkan, selain diri sendiri.
Saudaraku… Gus Dur banyak dipuji-puji sebagai tokoh Humanisme, Pluralisme, Demokrasi. Sebenarnya istilah-istilah itu apa maksudnya? Apa maknanya, dan bagaimana konsekuensinya? Disini kita akan bahas tentang bahasa besar di balik kampanye slogan Humanisme, Pluralisme, Demokrasi.


KADAR PRAKTIS-FILOSOFIS 

Secara sederhana humanisme bisa diartikan sebagai kemanusiaan, pluralisme sebagai paham keragaman, dan demokrasi sebagai “penentuan keputusan dengan suara terbanyak”.
Ketika bicara tentang isu Humanisme-Pluralisme-Demokrasi, bisa dalam dua tataran. Pertama, tataran praktis, yaitu manfaat dari humanisme, pluralisme, demokrasi bagi kehidupan masyarakat. Kedua, dalam tataran filosofis, yaitu makna terdalam dari humanisme, pluralisme, demokrasi, serta pengaruhnya yang bersifat fundamental bagi keyakinan (ideologi) manusia.

Dalam tataran praktis, humanisme diamalkan misalnya dengan menyayangi orang sakit, memberi sedekah pengemis, menolong anak kecil yang jatuh, memberi bantuan sosial, mengirim Prita dengan koin-koin, menolong korban bencana alam, dsb. Jadi, tidak masalah disini, secara praktis.

Pluralisme secara praktis bisa diterjemahkan sebagai, menghargai perbedaan pendapat, mengakui keragaman potensi, kemampuan, mengakui perbedaan adat-kebiasaan, mengakui perbedaan perilaku hidup, dan lain-lain. Demokrasi diterjemahkan secara praktis, misalnya berunding dengan orang lain, bermusyawarah, melakukan undian penentuan sikap, pemilihan ketua kelompok, dan lain-lain.

Dalam tataran praktis, ya kita bisa memahaminya. Bahkan kita kerap memanfaatkan fungsi-fungsi humanitas, pluralitas, dan demokrasi itu. Ajaran Islam sangat mengakui tentang sikap tarhim (penyayang), fungsi syura (musyawarah untuk muakat), dan menghargai perbedaan pendapat fiqih (khilafiyyah).

Tetapi ketika paham Humanisme-Pluralisme-Demokrasi dibawa ke tataran ideologis, konsep pemikiran, corak keyakinan, kita akan menyaksikan betapa bahayanya konsep Humanisme-Pluralisme-Demokrasi itu. Amat sangat berbahaya. Bahkan saya yakin, Anda tidak melihatnya sedemian serius masalah in.
Konsep Humanisme-Pluralisme-Demokrasi adalah merupakan ajaran agama tersendiri. Bahkan ia sangat agressif dalam menyirnakan peranan agama-agama tradisional, termasuk Islam di dalamnya. Kalau seseorang benar-benar tahu, ada apa di balik Slogan Humanisme-Pluralisme-Demokrasi, niscaya dia benar-benar akan melakukan TAUBAT NASHUHA. Sungguh, paham Humanisme-Pluralisme-Demokrasi itu sangat membahayakan semua agama, terutama Islam.

BAHAYA HUMANISME

Islam jelas-jelas mengajarkan sikap pengasih, penyayang, bahkan sekalipun kepada binatang. Nabi Saw mengatakan, “Irhamu man fil ardhi, yarhamukum man fis sama’i” (kasihi siapa yang ada di bumi, maka akan mengasihimu siapa yang ada di langit.”

Tetapi ideologi Humanisme itu berbeda. Ia bukan sifat-sifat pengasih, penyayang, seperti yang diajarkan Islam. Namun ia adalah suatu keyakinan untuk menjadikan manusia sebagai tujuan tertinggi kehidupan ini. Bukan matahari, bulan, batu, pohon, atau kuburan yang disembah-sembah disini, tetapi yang disembah adalah human interest (kepentingan manusia) itu sendiri. Humanisme itu suatu paham untuk mengagung-agungkan kepentingan manusia, mengalahkan kepentingan apapun yang lain.

Aplikasi dari paham ini, segala apa yang merugikan kebebasan, kepentingan, selera manusia, harus ditolak jauh-jauh. Termasuk hak Allah untuk mencampuri urusan manusia, juga harus ditolak. Maka Anda saksikan, para penganut humanisme sejati, mereka tidak mau menghukum anak-anaknya, memberi kebebasan penuh kepada anak-anaknya, sekalipun untuk memilih agama, memilih tindakan seks, memilih transaksi bisnis, dsb.

Apapun yang menjerat kebebasan manusia, termasuk aturan-aturan agama, harus disingkirkan sejauh-jauhnya. Inilah ideologi asli kaum Humanis. Maka dalam Al Qur’an dikatakan, “Afa ra’aita manit takhadza ilahahu hawaha” (apakah engkau Muhammad tahu, siapa yang menjadikan hawa nafsunya sebagai sesembahannya). Ini benar-benar nyata, dan disebutkan demikian dalam Al Qur’an.

Sri Mulyani dalam dialog dengan Wimar Witoelar di MetroTV pernah mengatakan, setelah dia pulang dari studi di Amerika, kurang-lebih dia mengatakan, “Kemudian saya kembali ke Indonesia, kemudian menemukan suatu kehidupan yang concern utama-nya adalah manusia itu sendiri.” Ucapan Sri Mulyani ini adalah contoh bagus pemikiran seorang Humanis.
Orang-orang Humanis akan sangat banyak mengecam aturan-aturan Islam. Jangankan aturan hudud, aturan memerintahkan anak-anak shalat saja mereka tentang habis-habisan. Sebab memang concern utama mereka adalah menjadikan hawa nafsu itu sebagai sesembahan.

Pahami Makna “Agama”!

Bismillahirahmaanirrahiim.

Akhir-akhir ini saya kebanjiran komentar-komentar keras dari para pendukung Gusdur. Di antara komentar itu ada yang langsung dibuang, karena terlalu sarkastik. Mereka marah dengan terbitnya buku, “Cukup 1 Gusdur Saja“, yang terbit beberapa bulan lalu.

Tetapi anehnya, mereka tidak pernah marah ketika kehormatan Islam diinjak-injak oleh Gusdur selama puluhan tahun. Seolah, di dunia ini, Gusdur boleh secara bebas menghina Islam, lalu kita dilarang 100 % menyampaikan pembelaan atas kehormatan Islam. Masya Allah, itulah “sikap adil” yang diyakini oleh orang-orang ini. Allahu Akbar!!!

Dalam buku itu, alhamdulillah -dengan segala pertolongan Allah Ta’ala- saya membantah secara telak pemikiran-pemikiran dominan Gusdur. Buku itu sangat telak, sehingga bila saya sendiri membacanya lagi, rasanya masih tercenung. Alhamdulillah, segala puji dan syukur hanya kepada Allah jua.

Semua manusia pasti memilih "agama". Terserah, apakah agama itu berbentuk, atau tidak berbentuk. 

Metode yang saya gunakan dalam menulis buku itu, antara lain: (1) Menyampaikan fakta kejadian seperti apa adanya, seperti yang dimuat oleh media-media massa, baik umum maupun media Islam. (2) Membuat analisis kejadian itu sesuai timbangan Islam, baik melalui analisis Al Qur’an, As Sunnah, kaidah fiqih Islam, kaidah akidah Islam, dan pendapat tokoh-tokoh Muslim. (3) Tambahan, berupa analisis politik dan sosial.

Ketika para pemuja Gusdur marah-marah, hal itu mengingatkan kita pada suatu persoalan prinsip: Sejauhmana kita memahami konsep agama Islam ini? Mengapa harus marah ketika ditunjukkan kebenaran dengan dasar analisis fakta, Kitabullah, dan As Sunnah?

Berikut ini saya sampaikan runutan pokok-pokok pemikiran seputar makna agama yang selama ini kita anut.
[1] Agama, berasal dari a-gama. Kata orang, arti a-gama adalah tidak kacau. Orang beragama, agar hidupnya tidak kacau. Tetapi yang dimaksud disini adalah agama sebagai religion atau din.

[2] Dalam pemahaman formal, yang dinamakan agama ya seperti Islam, Nashrani, Yahudi, Zoroaster, Hindu, Budha, Konghuchu, dll. Pokoknya yang dikenal sebagai nama-nama agama formal di dunia. Tetapi pandangan ini kurang memuaskan, sebab banyak manusia menjalani kehidupan di luar aturan-aturan agama, tetapi mereka tidak mau disebut atheis.

[3] Bertrand Russel, seorang ahli Fisika sekaligus filosof matarialis modern, dia pernah mengatakan, bahwa: “Atheisme sebenarnya agama juga.” Pernyataan ini sangat menarik. Atheisme disebut agama, padahal mereka mengaku sangat anti agama. Seolah Bertrand Russel ingin mengatakan, “Orang yang ‘anti agama’, hakikat agama mereka ya sikap ‘anti agama’ itu.”

[4] Sebagian orang mengklaim, “Saya tidak percaya kepada doktrin-doktrin agama. Saya lebih percaya pada akal bebas, free thinking. Tidak ada dogma, yang ada adalah kebebasan berpikir.” [Komentar: Berarti agama orang itu, ya kebebasan berpikir itu sendiri. Dia tidak boleh marah, kalau manusia yang lain memilih "ketidak-bebasan berpikir"]. Kemudian ada yang mengklaim, “Bagi kami agama itu adalah rasio. Apa saja yang sesuai rasio, itulah agama kami. Rasio adalah tuhan bagi kami.” [Komentar: Berarti, agama mereka adalah agama rasio itu sendiri, sebab mereka mau terikat dengan aturan yang mendewa-dewakan rasio. Sebaliknya, mereka tidak boleh marah kepada orang yang mengagungkan ajaran "non rasio"]. Ada lagi yang lain, “Sudah, sudah, sudah. Semua ini omong kosong. Saya tidak percaya nilai apapun, saya tidak percaya kebenaran. Saya tidak percaya apapun. Saya memilih jalan hidup kosong, nihil, tanpa nilai apapun.” [Komentar: Nah, dia juga beragama dengan nihilisme-nya itu. Iya kan? Dia memuja tuhan "kosong", tuhan "nilai nol", tuhan "tanpa nilai". Iya kan]. ===> Singkat kata, manusia itu makhluk IDEOLOGIS. Mereka mau memilih apapun, itulah agamanya. Jadi, pada hakikatnya tidak ada manusia yang tak beragama.

Memahami Operasi Klandestin

Memahami ilmu intelijen bagi Ummat Islam sifatnya WAJIB. Mengapa? Sebab musuh-musuh Islam banyak menggunakan metode intelijen untuk melumpuhkan kekuatan Ummat, atau mempersiapkan perang untuk menghancurkan kehidupan Ummat. Mempelajari teknik-teknik makar musuh Islam, adalah wajib.

Hanya saja, karena ilmu intelijen itu bersifat spesifik, aksesnya terbatas, metode analisis datanya rumit, serta membutuhkan tingkat kecerdasan tinggi (oleh itu ia disebut intelijen), sehingga tidak semua Muslim sanggup memikulnya, maka sifat wajibnya Fardhu Kifayah. Jika sudah ada elemen Ummat yang memikulnya, maka yang lain tidak dibebani kewajiban. Urusan ini perlu dipikul oleh pihak-pihak kaum Muslimin yang mampu, berminat, serta memiliki ketahanan mental tinggi. (Tidak heran jika untuk melahirkan seorang agen intelijen yang tangguh, sering melalui proses kaderisasi yang amat sangat berat).

Dulu di masa Nabi Saw, sebagian Shahabat dilibatkan dalam operasi-operasi intelijen, seperti pengintaian, ekspedisi, mata-mata, penyamaran, hingga menyimpan data-data kaum munafik. Jadi, apapun yang dibutuhkan bagi kejayaan peradaban Islam, wajib disediakan, sekuat kemampuan dan sesuai kesempatan. Di jaman 1400 tahun lalu saja, Ummat Islam sudah peduli urusan intelijen, akankah saat ini kita merasa tabu?


Sedang Menjalankan Operasi... 

Dalam intelijen banyak operasi-operasinya, misalnya mata-mata (spionase), mengumpulkan data (memakai informan), penyusupan (infiltrasi), desepsi (penyusupan disertai gerakan “pembusukan”), dll. Dan ada satu operasi yang sangat istimewa dan paling berbahaya bagi Ummat, yaitu: KLANDESTIN (clandestine).
Dari pengalaman-pengalaman selama ini, Ummat Islam sering menjadi bulan-bulanan operasi satu ini. Klandestin bisa dianggap sebagai operasi intelijen paling komplek dan rumit. Secara umum, ia diartikan sebagai gerakan rahasia, gerakan bawah tanah. Atau ada juga yang menyebutnya sebagai operasi penggalangan, mobilisasi.

Bisnis Darah dan Nyawa Manusia

Kalau melihat tukang jagal berjual beli daging, itu wajar. Apalagi di masa Ramadhan dan menjelang Idul Fithri nanti, pasti sangat ramai tukang jagal jualan daging. Itu wajar, sebab yang dijual daging sapi, kambing, atau ayam. Ada juga yang menjual daging kuda, kerbau, atau onta. Tetapi kurang umum di masyarakat kita.

Adalah amat sangat keji dan biadab, bila ada yang sampai memperjual-belikan darah manusia, nyawa manusia, nama baik keluarga, masa depan anak-anak, bahkan kehidupan bangsa. Mendengar berita-berita seputar manusia dimutilasi saja sudah sangat ngeri, apalagi ada jual-beli nyawa dan kehidupan insan. Pasti bila ada jual-beli semacam itu, para pelakunya hanyalah syaitan-syaitan berbadan manusia.

Andaikan Kakak atau Adik Anda Menjadi Tersangka...

Tapi apa ada jual-beli darah dan nyawa manusia?

Ini ada. Faktual. Nyata. Buktinya di depan mata kita. Paling tidak faktanya muncul sejak sekitar 10 tahun terakhir. Khususnya sejak terjadi Tragedi WTC, 11 September 2001. Sejak itu, darah, nyawa, keluarga, masa depan anak-anak, dan kehidupan aktivis-aktivis Muslim menjadi sasaran teror, difitnah habis-habisan, dizhalimi secara semena-mena, diinjak-injak kehormatannya, dan seterusnya. Pihak-pihak yang melakukan teror itu secara riil mendapat donor (dana bantuan) asing, seperti dari Amerika dan Australia.

Aktivis-aktivis Islam diperlakukan seperti hewan buruan, dikejar-kejar, dikepung dengan poster “awas teroris” ditempel di mana-mana, dikepung, ditembaki, dibunuhi di jalan-jalan. Yang berhasil ditangkap hidup, diberi “pelatihan fisik” tertentu, sehingga muka dan badannya bonyok tidak karuan. Mereka ditampilkan di media-media massa sebagai Muslim garis keras, pemuda Islam radikal, pemuda ekstrim, kaum fundamentalis, dsb. Sembari mereka tidak diberi kesempatan untuk membela diri secara adil.

Pihak-pihak yang memangku “tugas negara” menyerang sasaran para aktivis Islam itu, mereka selalu haus membutuhkan publikasi media massa, mereka butuh blow up di mata masyarakat, agar benar-benar tercipta image, bahwa bangsa kita sebentar lagi akan dikuasai teroris. Dengan cara publikasi media itu, mereka mendapat dukungan asing, mendapat dukungan APBN, mendapat restu ini itu. Padahal mayoritas kasus-kasus terorisme itu merupakan rekayasa yang mengada-ada.

Awas: Adu Domba TNI dan Ummat Islam!!!

Sejak lama banyak kalangan Islam tidak yakin dengan segala isu terorisme. Dari sekian panjang proses pemberantasan terorisme, sejak 12 Oktober 2002, banyak pihak meyakini bahwa terorisme adalah fenomena yang diciptakan sendiri oleh Polri. Mereka yang menciptakan semua itu, mereka yang kerepotan, lalu urusan negara dikorbankan.

Mengapa dikatakan demikian?

Pertama, mantan Kepala BIN di jaman BJ. Habibie, Mayjend ZA. Maulani pernah diminta MUI untuk mencari fakta seputar kasus Bom Bali I di Legian Bali. Setelah melihat fakta-fakta kerusakan dahsyat yang ada, beliau tidak percaya bom sedahsyat itu dibuat oleh Imam Samudra Cs. Masalahnya, teknologi bom Pindad pun belum setaraf itu. Jadi sejak tahun 2002 isu terorisme ini sudah digugat oleh para ahli.

Kedua, sejak era tahun 80-an sampai tahun 2000, tidak pernah terjadi kasus-kasus terorisme di Indonesia. Baru sejak Bom Bali I 12 Oktober 2002, terjadi terus-menerus peristiwa teror di Indonesia. Dan terjadinya hampir setiap tahun. Sempat terhenti sejak tahun 2005, lalu terjadi lagi dengan ledakan bom di JW Marriot – Ritz Carlton tahun 2009 lalu. Pada mulanya bangsa Indonesia tidak pusing oleh kasus-kasus terorisme ini, tetapi sejak tahun 2002, kasus teror seperti menjadi rutinitas.


Otak Pemfitnah Ummat! (sumber: inilah.com). 

Ketiga, hampir di semua kasus terorisme yang diungkap Polri, selalu menyisakan tanda tanya dan misteri yang semakin menggunung. Contoh, dalam kasus Aceh, ada puluhan pemuda Islam sedang latihan jihad untuk menuju Ghaza, karena tahun 2008 lalu terjadi Tragedi Ghaza yang sangat memilukan. Lalu mereka diklaim sedang latihan untuk menyerang Presiden RI saat peringatan 17 Agustus 2009. Bahkan yang terakhir, seorang remaja Yuki Wantoro dituduh terlibat perampokan Bank CIMB. Padahal ada bukti valid yang menjelaskan, bahwa saat perampokan itu terjadi Yuki sedang di Solo, nonton berita perampokan dari TV.

“WTC 911” dan Missi Dajjal

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Peristiwa Tragedi WTC 11 September 2001, menyisakan rentetan panjang penderitaan manusia yang luar biasa. Bukan hanya ribuan korban yang hancur terbakar, jatuh, atau tertimbun kejamnya material reruntuhan WTC. Namun miliaran Ummat Islam juga menderita akibat peristiwa itu. Tragedi WTC menghalalkan kaum Muslimin diperangi atas nama “war on terror” yang dikomandoi oleh George Bush –laknatullah ‘alaihi wa ashabihi ajma’in-.

Peristiwa itu sendiri terjadi di WTC New York, pada tanggal 11 September 2001. Kalau disingkat, WTC 119; 11 adalah tanggalnya, dan 9 adalah bulannya. Tetapi dalam ejaan Inggris, bulan ditulis lebih dulu, sehingga menjadi 911 (nine one one). Sehingga peristiwa itu kerap disebut “WTC nine one one”. Dan kebetulan kode 911 merupakan kode panggilan darurat di Amerika. Orang seluruh Amerika paham kode “911” yaitu panggilan darurat kepolisian. Bahkan begitu populernya, sampai ada istilah “Nanny 911” untuk menunjukkan kepada karakter seorang Nanny (pengasuh anak) yang siap dipanggil kapan saja untuk menangani kasus-kasus kenakalan anak yang sudah mencapai taraf darurat.

Istilah “WTC 911” itu bukan main-main. Ia bukan peristiwa biasa, ia bukan aksi terorisme biasa, ia bukan tragedi biasa. “WTC 911” adalah sebuah ICON gerakan besar yang dikembangkan di awal abad 21. Ia adalah simbol atau kode bagi Zionisme internasional untuk menenggelamkan dunia dalam perang anti terorisme yang mereka rancang. Khususnya, “WTC 911” adalah missi internasional untuk memerangi kebangkitan kaum Muslimin melalui isu terorisme. Ini adalah sandi, kode, atau icon gerakan Zionisme internasional.


Perang Teror: Tokoh Protagonis dan Antagonis.
Sebagai orang beriman, kita jelas menolak Tragedi WTC 11 September 2001 itu, dan lebih menolak lagi ketika tragedi itu dijadikan alasan untuk memerangi kaum Muslimin di seluruh dunia. Hanya orang-orang kafir saja, atau manusia yang sudah tersesat sejauh-jauhnya, yang akan ridha dengan agenda perang untuk menghancurkan kehidupan kaum Muslimin itu.
Ada setidaknya 4 alasan untuk menolak missi “WTC 911”, yaitu:
[1] Ummat Islam secara mutlak harus menolak, menentang, atau mengingkari agenda-agenda yang diciptakan oleh Zionisme internasional. Tidak ada toleransi bagi Zionisme, sebagaimana tidak ada toleransi bagi dajjal –laknatullah ‘alaih-.

[2] Perang terhadap Islam dan kaum Muslimin adalah kekafiran, kezhaliman, dan kebiadaban yang sama sekali tertolak dalam ajaran Islam. Menerima perang seperti itu sama saja dengan membunuh agama sendiri.

[3] Tindakan terorisme terhadap warga sipil, laki-laki dan wanita, dewasa atau anak-anak, Muslim atau bukan, adalah perbuatan HARAM. Ia termasuk perbuatan merusak di muka bumi yang sangat diharamkan. Islam menghalalkan Jihad Fi Sabilillah, perang melawan musuh-musuh Islam; tetapi Jihad Fi Sabilillah bukan aksi terorisme yang penuh kepengecutan. Kalau mau Jihad, silakan head to head dengan pasukan musuh, jangan kucing-kucingan dengan berlagak sebagai “mujahidin”.

[4] Menurut banyak analisis, dapat dipastikan bahwa Tragedi WTC 11 September 2001 bukan dilakukan oleh kaum Muslimin (anak buah Usamah bin Ladin), tetapi dilakukan sendiri oleh agen-agen intelijen Amerika-Israel. Tragedi itu sengaja mereka buat sebagai alasan untuk memerangi kebangkitan Islam di dunia.
Wajib bagi kaum Muslimin menolak semua cerita-cerita yang dibuat George Bush –laknatullah ‘alaihi wa ashabihi ajma’in- seputar “WTC 911” itu. Apa yang diceritakan George Bush adalah kebohongan besar (seprti kebohongan Neil Amstrong dan Edwin Aldrin yang telah mendarat di bulan). Bahkan cerita bohong itu menjadi senjata bagi keturunan dajjal itu (George Bush) untuk memerangi Ummat Islam di seluruh dunia. Hanya orang kafir atau sudah sesat sejauh-jauhnya yang akan menerima cerita George Bush –laknatullah ‘alaihi wa ashabihi ajma’in-. Bahkan hebatnya, banyak sekali masyarakat kritis dunia yang menertawakan peristiwa itu. Padahal banyak dari mereka non Muslim yang tidak belajar ajaran-ajaran Islam.

Demi Allah, gedung WTC tidak akan hancur hanya ditabrak oleh sebuah pesawat. Sama sekali tak akan rubuh hanya dalam beberapa menit akibat tabrakan itu. Hancurnya gedung itu semata-mata hanya melalui Demolition Controlled. Ia adalah metode peledakan terkendali yang biasa digunakan di Amerika untuk merobohkan gedung-gedung tinggi yang terletak di tengah-tengah kawasan padat gedung-gedung pencakar langit. Tabrakan pesawat hanyalah pengalih perhatian saja. Sedangkan kekuatan asli yang menghancurkan gedung WTC adalah rangkaian bom yang telah ditanam di gedung itu sendiri.

Sebagai perbandingan, tanggal 18 Februari 2010, seorang pilot menabrakkan pesawatnya ke sebuah gedung di Austin, Texas. Pilot itu bernama Joseph Stack. Dia meninggal setelah melakukan aksinya. Akibat dari tabrakan itu hanya menimbulkan kebakaran dan kerusakan gedung. Tidak sampai meruntuhkan gedung dalam sekejap. Bahkan saat sebuah pesawat latih jatuh di gedung IPTN, ia juga tidak menghancurkan gedung itu berkeping-keping. Jadi tidak ada ceritanya, sebuah pesawat bisa menghancurkan gedung pencakar langit hanya dalam beberapa menit. Ketika Timothy McVeigh meledakkan truk berisi bahan peledak penuh di depan gedung FBI Amerika. Ia tak sampai menghancurkan seluruh gedung itu. Hanya bagian depannya hancur, tidak sampai menghancurkan secara keseluruhan.

Namun disini kita mendapati FENOMENA ANEH luar biasa. Di mata orang-orang yang mengerti, tidak mungkin “WTC 911” dilakukan oleh anak buah Usamah bin Ladin. Usamah dkk. tidak memiliki kekuatan sehebat itu. Tetapi sebagian kelompok Muslim sangat mempercayai berita itu. Mereka sangat percaya bahwa peledakan WTC dilakukan oleh anak buah Usamah Cs.



Ada dua kelompok Muslim yang amat sangat percaya, bahwa pelaku peledakan WTC adalah jaringan Usamah bin Ladin (Al Qa’idah). Pertama, adalah kalangan Salafi yang merujuk kepada pemikiran Rabi’ bin Hadi Al Madkhali dan Muqbil bin Hadi Al Wada’i. Kedua, adalah kalangan Salafi Jihadi yang sangat mendukung gerakan Al Qa’idah dan memuliakan Usamah bin Ladin dan Ayman Al Zhawahiri.

Kedua kelompok itu sama-sama merujuk kepada Salafus Shalih; sama-sama mengklaim Ahlus Sunnah; sama-sama mendakwahkan Tauhid dan anti bid’ah; sama-sama mengagumi dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah; sama-sama menghidupkan Sunnah dengan memakai gamis, memotong celana, dan para isterinya bercadar. Dan anehnya, kedua kelompok sama-sama mempercayai CERITA GEORGE BUSH seputar Tragedi WTC 911.

Tetapi mereka memiliki perbedaan yang sangat menyolok. Kelompok pertama, sangat menjilat kekuasaan. Tidak segan-segan mereka memuji Presiden, Kapolri, atau Densus 88. Padahal Salafus Shalih tidak ada yang mencontohkan sikap seperti itu. Sebaliknya, kelompok kedua sangat anti Pemerintahan. Semua pemerintahan yang menerapkan sistem demokrasi dituduh kafir. Termasuk Hamas di Palestina juga didakwa kafir musyrik, karena setuju demokrasi.

Ruh Gerakan Freemasonry

Freemasonry dikenal juga sebagai Theosofi. Ia merupakan gerakan rahasia, gerakan bawah tanah, bersifat fundamentalis. Gerakan ini diciptakan oleh tokoh-tokoh ideolog Yahudi. Freemasonry muncul dari Perancis Selatan, sebuah kawasan yang dikenal menganut aliran gereja Magdalena. Mereka pernah masuk ke Jerusalem sebagai Kesatria Templar, ketika kota itu dikuasai pasukan Salib. Mereka mengklaim sebagai bagian dari pasukan Salib, tetapi sebenarnya memiliki agenda sendiri.


Dalam buku berjudul, Gerakan Theosofi di Indonesia, karya Artawijaya, mantan wartawan Sabili, dijelaskan bahwa Theosofi atau Freemasonry adalah aliran kebatinan Yahudi. Para pembangun aliran ini memang tokoh-tokoh Yahudi di abad pertengahan, di Eropa. Tetapi akidahnya, bukanlah akidah Yudaisme seperti yang diajarkan oleh Musa, Harun, Dawud, Sulaiman, dan lainnya. Bukan juga akidah gereja Magdalena yang mengakui kedudukan Maria Magdalena dalam doktrin Kristiani. Tetapi orang-orang Freemasonry memuja Lucifer, Dewa Matahari (Sun God), dan mengamalkan ajaran-ajaran okultisme (sihir). Mereka benar-benar orang musyrik, yang menganut ajaran paganisme seperti Fir’aun di era Mesir dulu.


Jadi Freemasonry itu membawa keyakinan tersendiri. Mereka bukan penganut Yahudi seperti para pengikut ajaran Musa, sebab mereka tidak pernah patuh dengan Taurat. Tetapi juga bukan penganut ajaran paganisme Fir’aun secara murni. Mereka campuran dari keduanya. Secara ideologi mengambil ajaran-ajaran pagan di Mesir, secara politik sangat mengabdi kepentingan Yahudi.

Dimanapun ada komunitas Yahudi, dapat dipastikan disana ada orang-orang Freemasonry. Di negeri Belanda banyak Yahudi-nya, maka disana banyak penganut gerakan Freemasonry. Ketika VOC dan Belanda menjajah Indonesia, para penjajah itu juga membawa ajaran Freemasonry ke Indonesia. Mereka tidak membawa ajaran Yahudi, tetapi membawa paham Freemasonry.

Salah satu ciri khas Freemasonry, mereka selalu mendekat ke pusat kekuasaan, melalui lobi-lobi tingkat tinggi. Mereka tidak mau susah-susah membangun gerakan dari bawah, tetapi langsung ke pusat kekuasaan, mendekati elit-elit penguasa, lalu mempengaruhinya. Hal itu terjadi sangat nyata di Indonesia. Dulu kaum Freemason sangat deras menyusup ke lingkaran elit-elit Jawa di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Semarang dan Solo disebut-sebut sebagai pusat gerakan Freemasonry.

Dalam buku Gerakan Theosofi di Indonesia karya Artawijaya dijelaskan, banyak tokoh-tokoh nasional Indonesia dulu yang menjadi anggota aktif Freemasonry, atau terpengaruh pemikiran Freemasonry. Di halaman 96 disebutkan, setidaknya ada 23 loge (atau loji, semacam kuil pemujaan Freemasonry) milik Freemasonry berdiri di 19 kota di Indonesia, termasuk di Kutaraja Aceh.

Pelukis terkenal Raden Saleh (1810-1880) dikenal sebagai generasi pertama Freemasonry di Indonesia. Raden Soekanto Tjokrodiatmojo, pendiri kepolisian Indonesia, juga dikenal sebagai anggota Freemasonry. Prof. Soepomo, Prof. M. Yamin, Prof. Soekanto, Djamaludin Adinegoro, Ki Sarmidi Mangoensarkoro, Siti Soemandari, M. Tabrani, Mohammad Hatta, mereka pernah mendapat beasiswa lembaga beasiswa Freemasonry, Midden Java. Ki Mangonsarkoro, ikut mendirikan perguruan Taman Siswa, yang bercorak Theosofi (Freemasonry). Tabrani, pemimpin gerakan Pemuda Freemasonry. Siti Soemandari, pimpinan majalah Bangoen, sering menghujat isteri-isteri Nabi melalui majalahnya.

Elit-elit bangsawan Jawa banyak terlibat Freemasonry. Keluarga Paku Alam (bangsawan Kraton Solo) mendirikan lembaga beasiswa Paku Alam Studie Fond dengan sokongan penuh Freemasonry. Nanti, alumni lembaga beasiswa ini ketika pulang ke Indonesia mendirikan BO (Boedi Oetomo). Paku Alam V, VI, dan VII sangat kental dengan pengaruh Freemasonry. Paku Alam VII menulis buku, “Apa yang Kutemukan Sebagai Orang Jawa untuk Roh dan Jiwa dalam Tarekat Masin Bebas.” Buku ini ditulis oleh Porbo Hadiningrat, Bupati Semarang-Salatiga, disebarkan di kalangan elit Jawa agar menjadi pendukung Freemasonry.

Raden Adipati Surjo, menulis buku, “Tarekat Mason Bebas dan Dunia Pribumi.” Lagi-lagi tujuannya untuk menyebarkan paham Freemasonry di kalangan masyarakat Jawa. Adipati Surjo ini mengklaim, ajaran Freemasonry cocok dengan kultur orang Jawa yang suka klenik dan kebatinan. Bahkan RA. Kartini pun disebut-sebut sangat terpengaruh paham Freemasonry.

Banyak tokoh-tokoh pergerakan nasional, khususnya dari kalangan elit Jawa, yang menjadi anggota Freemasonry atau terpengaruh pahamnya. Misalnya, Radjiman Widiodiningrat, Dr, Seotomo, Ki Hadjar Dewantoro, Wahidin Soediro Hoesodo, Tjipto Mangoenkoesoemo, Goenawan Mangoenkoesoemo, Soewarni Pringgodigdo, dan lain-lain. Bahkan ayah Soekarno sendiri, Raden Soekemi Sosrodihardjo, adalah seorang penganut Theosofi tulen.

Jadi sangat wajar kalau Indonesia kemudian sekuler, dan seringkali bersikap anti Islam, sebab para tokoh-tokoh pergerakannya, banyak yang menganut agama Theosofi atau menjadi anggota Freemasonry. Jelas tidak mungkin Islam akan bersatu dengan Freemasonry, sebagaimana Musa As tidak akan bersatu dengan Fir’aun, dan Nabi Muhammad Saw tidak akan bersatu dengan Abu Jahal.

Nah, inilah yang membuat bangsa Indonesia selalu terlunta-lunta di bawah cengkeraman penjajah. Sebab banyak elit politiknya, secara diam-diam menjadi anggota Freemasonry yang tentu amat sangat memusuhi Islam. Ya, sampai kapan kita akan menjadi bangsa yang beradab dan maju, kalau otak-otak manusia Indonesia selalu dikendalikan agar mengabdi kepentingan asing? Anda tidak akan pernah menjumpai Freemasonry membenci penjajah. Tidak sama sekali. Freemasonry dan penjajah, seperti dua sisi mata uang.
Gerakan Freemasonry memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
[1] Freemasonry selalu bergerak ke pusat kekuasaan, demi mempengaruhi, mengontrol, serta mengambil manfaat seluas-luasnya. Itu mereka lakukan sejak dulu sampai saat ini. Ingat, sasaran pertama Freemasonry di Indonesia adalah elit-elit keluarga bangsawan Jawa. (Mungkin kenyataan seperti inilah yang membuat banyak masyarakat etnis non Jawa kesal dengan pemimpin-pemimpin asal Jawa).
[2] Freemasonry tidak pernah memiliki obsesi untuk mensejahterakan kehidupan rakyat. Mereka bersikap elitis dan suka dengan struktur politik elitis. Boedi Oetomo dulu adalah organisasi para priyayi Jawa yang arogan dan elitik. Hanya dengan kultur elitik itulah anggota Freemasonry bisa bebas menindas manusia-manusia lainnya. (Ingat, dalam struktur gerakan Freemasonry berlaku sistem kasta-kasta yang amat sangat ekstrem, sampai 33 tingkatan. Padahal dalam Hindu paling hanya ada 4 atau 5 kasta saja).
[3] Freemasonry mengamalkan ilmu-ilmu sihir, upacara memanggil roh, ritual pengorbanan, mendalami ilmu-ilmu kebatinan, dan sejenisnya. Mereka ini orang-orang musyrik secara murni. Hanya saja, biasanya mereka terpelajar, intelek, berwawasan. Tetapi tetap saja musyrik. (Kita tidak heran kalau banyak pejabat-pejabat birokrasi dari etnis Jawa, banyak yang menganut Kejawen, penggemar mistik, pengamal ilmu-ilmu kebatinan).
[4] Freemasonry bergerak dengan cover gerakan kasih-sayang, toleransi, cinta-kasih, humanisme, peduli kemanusiaan, dan seterusnya. Tapi yakinlah, semua itu hanya kedok belaka. Bayangkan, para penganut sihir, ilmu-ilmu kebatinan, dan sejenisnya, darimana mereka akan berkasih sayang?
[5] Freemasonry katanya sangat membenci fanatisme agama, lebih suka sikap toleransi, menghargai keragaman. Tetapi dalam kenyataan, mereka sangat keras, fundamentalis, agressor yang bengis. Mereka amat sangat membenci Islam, dan mencintai apapun yang bersifat paganisme. Mereka berpura-pura mencintai adat-istiadat, budaya bangsa, warisan leluhur. Padahal intinya, membela paganisme, dan menyerang ajaran Tauhid Islam.
[6] Freemasonry sangat sering beralasan dengan isu-isu kebangsaan. Seolah mereka paling nasionalis, paling patriotik. Padahal tujuan mereka, hanyalah ingin membenturkan aparat negara dengan kalangan Islam. Mereka ingin mengadu-domba negara dengan kalangan Islam. Biar para aktivis, dai, pemuda-pemuda Islam disikat habis oleh alat-alat negara. Mereka amat sangat senang dengan merebaknya isu terorisme, sebab mereka memiliki alasan untuk menghabisi kekuatan gerakan-gerakan Islam, jika mereka mampu melakukannya.
Jadi kini di mata kita sudah telanjang semuanya. Sudah jelas, tegas, dan tidak samar lagi. Segala gerakan, atas nama apapun, yang menjadikan Islam sebagai sasaran untuk dihujat, dilecehkan, dilemahkan, dipecah-belah, yakinlah semua itu adalah konspirasi dari tangan-tangan Freemasonry. Bisa jadi, itu gerakan murni mereka, atau berkolaborasi dengan musuh-musuh Islam lainnya.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Printable Coupons